ULTRAS CLUB INGGRIS
Aldershot Town. – A-Company
Arsenal F.C. – Gooners, The Herd
Aston Villa F.C. – Villa Youth, Steamers, Villa Hardcore, C-Crew
Barnet. – BUGS (Barnet Urban Gorillas)
Barnsley – Five 0
Birmingham City F.C. – Zulus
Blackpool F.C. – The Muckers, BTS (Blackpool Tangerine Service)
Bolton Wanderers – cuckoo youth squad and bolton service youth
Bradford City A.F.C. – The Ointment
Brighton and Hove Albion. – Headhunters
Bristol City F.C. – CSF City Service Firm
Bristol Rovers. – Gas Hit Squad
Burnley F.C. – Suicide Squad
Cardiff City – Soul Crew
Carlisle United – Border City Firm
Chelsea F.C. – Headhunters
Chester City. – 1 2 5′s
Coventry City – Legion
Crystal Palace – Dirty 30
Derby County F.C. – Derby Lunatic Fringe
Everton F.C. – County Road Cutters
Exeter – Sly Crew
Fulham. – Thames Valley Travellers
Hereford United. – ICF (Inter-City Firm)
Huddersfield Town. – HYC (Huddersfield Young Casuals)
Hull City F.C. – Hull City Psychos, The Minority
Leeds United A.F.C. – Leeds United Service Crew
Leicester City – Baby Squad
Lincoln City F.C – Lincoln Transit Elite
Liverpool F.C. – The Urchins
Luton Town F.C. – The MIGs
Manchester City F.C. – Guvnors, Maine Line Service Crew
Manchester United F.C. – The Red Army, Inter-City Jibbers, Cockney Reds
Middlesbrough F.C. – The Frontline
Millwall F.C. – Bushwackers, The Treatment
Newcastle United F.C. – The Gremlins
Northampton Town – Northampton Affray Team
Norwich City NHS – (Norwich Hit Squad)
Nottingham Forest F.C. – Forest Executive Crew
Oldham Athletic – Fine Young Casuals
Oxford United. – Warlords
Peterborough United. – PTC (Peterborough Terrace Crew)
Plymouth Argyle – The Central Element
Portsmouth F.C. – 6.57 Crew
Port Vale – Lunatic Fringe
Preston North End F.C. – Preston Para Squad
Reading. – Berkshire Boot Boys
Rotherham United. – Rotherham Casuals, SECTION 5
Sheffield United F.C. – Blades Business Crew
Sheffield Wednesday F.C. – Owls Crime Squad
Shrewsbury Town – EBF English Border Front
Southampton. – Inside Crew, The Uglies, Surburban Casuals
Southend – CS Crew
Stockport County – CSY
Stoke City F.C. – Naughty Forty, U 5′s Boys Nutters
Swansea City – Jacks
Sunderland A.F.C. – Seaburn Casuals
Tottenham Hotspur F.C. – Yid Army, Yid Army Youth, Yiddos, N17s
Walsall F.C. – SYC Swift Young Casuals
West Bromwich Albion – Section Five
West Ham United F.C. – Inter City Firm
Wolverhampton Wanderers – Subway Army
Wrexham. – Frontline
York City. – YNS (York Nomad Society)
================================================== ======================
Senin, 14 April 2014
HOOLIGAN
Sebagian besar orang tentu sudah tahu hooligan, kelompok suporter asal Inggris yang terkenal karena aksi brutal dan anarkisnya. Namun belum banyak orang yang tahu The Casual Hooligan atau hooligan kasual, siapa mereka serta bagaimana mereka bisa eksis di jagad sepak bola Inggris?
Sebenarnya hooligan Casual adalah sub bagian dari budaya paguyuban sepak bola yang ditandai dengan hooligan sepak bola yang mengenakan pakaian serta aksesoris mahal, bermerek, maupun hasil karya desainer papan atas Eropa. Subkultur ini bangkit di Inggris di akhir 1970-an saat banyak hooligan mulai memakai pakaian label desainer dan aksesoris olahraga mahal guna menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai aksesoris khas klub favorit mereka, sehingga lebih mudah menyusup ke kelompok saingan serta untuk masuk ke pub.
Subkultur kasual tidak berpusat di sekitar musik, meski begitu hal tersebut diterima secara universal bahwa subkultur kasual muncul di akhir 1970-an, tatkala musik disko sedang sekarat dan punk rock tengah menggila. Beberapa genre yang populer di kalangan kaum kasual di akhir 1970-an adalah Oi!, sebuah genre kebangkitan musik ska yang telah dimodifikasi.
Saat era 1980-an, selera musik kaum kasual berasal dari berbagai sumber, sebagian menikmati grup musik pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet, serta Adam and The Ant.
Akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak dari kaum kasual adalah penggemar grup musik Madchester dan rave scene (jenis musik elektronik yang dimainkan dengan synthesizer), dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop. Ada pertautan kuat antara budaya rave dengan sepak bola, banyak raver memakai apparel kasual sepak bola tapi jauh dari hooliganisme sepak bola.
Band Madchester kadang memakai pakaian kasual di panggung dan dalam foto publisitas mereka, seperti yang dilakukan Britpop, Blur, dalam videoklip mereka, Parklife.
Sepak bola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion sejak munculnya Teddy Boys pada pertengahan 1950-an, dan asal-usul budaya kasual dapat dilihat dalam subkultur modifikasi di awal 1960-an.
Kelompok-kelompk anak muda yang mendukung klub-klub sepak bola mulai membawa busana mereka ke teras sepak bola, dan beberapa klub tertentu mulai dikenal suporter modifikasi mereka (seperti Chelsea dan West Ham United). Hal ini dilanjutkan dengan subkultur modifikasi spin-off, skinhead, di akhir tahun 1960-an.
Modifikasi Fan Liverpool
Dengan kebangkitan modifikasi di era1970-an, subkultur kasual mulai tumbuh dan berubah setelah suporter Liverpool memperkenalkan gaya dari sebagian suporter Inggris pada mode Eropa saat mengikuti Liverpool di babak perempat final Liga Champion melawan klub asal Prancis, St. Etienne. Para fan Liverpool, yang berpergian ke seluruh Eropa pada akhir 1970-an guna mendukung tim mereka, mulai berdatangan ke Inggris dengan mengenakan pakaian perancang Italia dan Perancis yang mahal, yang mana mereka jarah dari toko selama keributan atau kekerasan yang lumrah terjadi ketika mereka bepergian ke luar negeri. Kala itu, banyak petugas kepolisian yang mengincar para fan yang berdandan ala skinhead dan memakai sepatu Dr. Martens, mereka tidak memperhatikan hooligan yang mengenakan pakaian desainer mahal.
Pakaian berlabel yang terkait dengan gaya kaum kasual di era 1980-an meliputi: Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle , Burberry dan Slazenger. Tren mode sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan kedatangan acid house, rave scene, dan Madchester, kekerasan dalam subkultur kasual memudar sampai batas tertentu.
Pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit bergeser. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka berbeda dengan pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry, dan CP Company terlihat di hampir setiap klub, begitu pula halnya favorit klasik seperti Lacoste, Paul & Shark, dan Pharabouth. Di akhir 1990-an, banyak suporter sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap seragam kasual, karena telah menarik perhatian polisi; label beberapa desain perancang juga ditarik dari pasaran setelah menjadi seragam hooligan kasual.
Walau begitu beberapa kelompok hooligan kasual terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak yang logo kompas (badge khas pakaian label Stone Island) sehingga menjadi kurang jelas. Namun, dengan dua kancing masih menempel, hal ini membuat mereka masih mudah dikenali oleh kelompok hooligan kasual lainnya.
Akhir tahun 1990-an dikatakan bahwa pihak kepolisian telah gagal untuk menghubungkan logo kompas Stone Island kompas dengan salib Celtic versi neo-Nazi. Oleh karena hal ini, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas diantara para hooligan kasual. Seperti halnya pakaian para desainer yang mahal, barang palsu yang murah juga dapat terlihat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6876, dan Dupe mulai mendapat popularitas yang luas.
Mode kasual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan aksi grup musik Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers yang memakai pakaian olahraga kasual dalam video musik mereka. Budaya kasual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Football Factory, serta Green Street.
Di era 2000-an, label-label pakaian yang terkait dengan hooligan kasual diantaranya: Stone Island, Adidas, Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Three Stroke, Lambretta, Pharabouth, dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade ini, banyak hooligan kasual berpenampilan lebih halus dan underground telah mengadopsi penampilan yang lebih beda, menyingkirkan merek yang populer, serta jadi mainstream sehingga memberi jalan masuk bagi pakaian-pakaian berlabel indie seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Wood Wood, dan Superga. Walau begitu merek terkemuka macam Lacoste, Ralph Lauren, serta CP Company tetap masih populer.
Istilah hooliganisme muncul sejak akhir abad ke 19, tepatnya
pada 1898 di Inggris. Tak heran jika Inggris adalah gudang penghasil hooligan
yang paling padat. Sementara studi mengenai suporter sepak bola dimulai akhir
1960-an. Sejak itu pula, ada kepedulian politis, sosial, dan media yang besar
terhadap hooliganisme sepak bola Inggris.
Puncak
aksi hooliganisme terjadi pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang
suporter Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia.
Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek
dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan kembang api
ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat peristiwa itu, 39
orang tewas mengenaskan.
Kisah-kisah
kekerasan hooligan terus mewarnai dunia sepak bola, termasuk dalam pertandingan
derby. Di Skotlandia, yang paling sering terjadi adalah perang antar-suporter
Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Celtic adalah klub yang dianggap mewakili
agama Katolik, sedangkan Rangers mewakili Protestan.
Masing-masing
hooligan siap bertaruh nyawa. Suporter Rangers sering menamakan diri Billy
Boys, yakni geng yang menghabisi umat Katolik Glasgow semasa Perang Dunia I dan
II. Akibatnya, derby kedua klub ini selalu panas. Pendukung kedua klub pun
sering terlibat bentrok sebab setiap Celtic dan Rangers bertanding, olok-olokan
suporter saling menyerang identitas agama kedua pihak.
CASUALS
CASUALS
The
Casual Subkultur merupakan subbagian dari budaya asosiasi sepak bola yang
ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian desainer mahal
Eropa. Subkultur berasal di Inggris pada akhir 1970-an ketika banyak hooligan
mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian
polisi. Mereka tidak memakai warna klub, sehingga lebih mudah untuk menyusup
kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.
Genre musik populer di kalangan pekerja lepas di akhir 1970-an mencakup: kebangkitan kembali mod, postpunk, Oi! dan ska. Pada 1980-an, selera musik pakaian sederhana yang eklektik, dengan beberapa kelompok pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet dan Adam Ant. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak pekerja lepas bagian dari Madchester dan pujian adegan, dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop adalah sebuah crossover yang kuat dengan budaya rave, dengan banyak raver sepak bola memakai merek santai tapi menjauhkan dari hooliganisme sepakbola Madchester band kadang-kadang memakai pakaian casual di panggung dan dalam foto publisitas, seperti yang dilakukan Britpop Blur seperti dalam video mereka untuk "Parklife ". Sejak itu, genre paling populer di kalangan pekerja lepas telah indie rock.
SEJARAH
Pendukung sepakbola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion yang dipimpin kuat sejak munculnya Teddy Boys pada 1950-an pertengahan. Hal ini dilanjutkan dengan mods tahun 1960-an awal, skinhead dari akhir 1960-an kemudian, dan revivalis mod dari akhir 1970-an.
Subkultur santai dimulai pada akhir 1970-an setelah Liverpool FC penggemar memperkenalkan sisa Inggris untuk mode Eropa bahwa mereka diperoleh saat mengikuti Liverpool di Piala Eropa 1977 triwulan mereka final melawan Perancis St Etienne. Liverpool fans ini tiba kembali di Inggris dengan olahraga desainer mahal Italia dan Perancis, yang sebagian besar mereka dijarah dari toko-toko. Para fans membawa kembali banyak merek pakaian unik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelum. Segera penggemar lain berteriak-teriak untuk barang-barang langka dari pakaian, seperti Sergio Tacchini Lacoste atau kemeja, dan tidak biasa Adidas pelatih, yang masih berhubungan dengan pendukung Liverpool saat ini. Pada saat itu, banyak polisi masih pada mencari fans skinhead memakai sepatu Dr Martens.
label pakaian yang dipakai sangat sederhana pada tahun 1980 meliputi: Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas Originals, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa , Storm Peter, Reebok dan Slazenger. tren Fashion sering berubah, dan subkultur santai mencapai puncaknya pada akhir 1980-an.
1990-an dan 2000-an
Pada pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan, tapi lebih ke penekanan pada gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam kostum, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari para pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum dan Burberry terlihat di hampir setiap klub, serta gaya klasik favorit seperti Lacoste dan Paul & Shark. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap kostum kasual, karena cukup mengecoh perhatian polisi bahwa gaya santai seperti itu.
Casual fashion mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan musik Inggris bertindak seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual dalam video musik mereka. Budaya Casual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Football Factory dan Green Street. Meskipun beberapa pakaian sederhana terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, dengan ciri khas logo kompas. Label pakaian lainnya yang terkait dengan pakaian kasual di tahun 2000-an : Barbour, Adidas Originals, Stone Island, Fred Perry, Armani, Henri Lloyd, CP Company, Lambretta, One True Saxon, Fake London Genius, Ralph Lauren, Lacoste, Sergio Tacchini, Fila , 6876, Hugo Boss, Maharishi dan Bebek Mandarina Duck.
Genre musik populer di kalangan pekerja lepas di akhir 1970-an mencakup: kebangkitan kembali mod, postpunk, Oi! dan ska. Pada 1980-an, selera musik pakaian sederhana yang eklektik, dengan beberapa kelompok pop menikmati seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet dan Adam Ant. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak pekerja lepas bagian dari Madchester dan pujian adegan, dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop adalah sebuah crossover yang kuat dengan budaya rave, dengan banyak raver sepak bola memakai merek santai tapi menjauhkan dari hooliganisme sepakbola Madchester band kadang-kadang memakai pakaian casual di panggung dan dalam foto publisitas, seperti yang dilakukan Britpop Blur seperti dalam video mereka untuk "Parklife ". Sejak itu, genre paling populer di kalangan pekerja lepas telah indie rock.
SEJARAH
Pendukung sepakbola Inggris telah memiliki unsur subkultur fashion yang dipimpin kuat sejak munculnya Teddy Boys pada 1950-an pertengahan. Hal ini dilanjutkan dengan mods tahun 1960-an awal, skinhead dari akhir 1960-an kemudian, dan revivalis mod dari akhir 1970-an.
Subkultur santai dimulai pada akhir 1970-an setelah Liverpool FC penggemar memperkenalkan sisa Inggris untuk mode Eropa bahwa mereka diperoleh saat mengikuti Liverpool di Piala Eropa 1977 triwulan mereka final melawan Perancis St Etienne. Liverpool fans ini tiba kembali di Inggris dengan olahraga desainer mahal Italia dan Perancis, yang sebagian besar mereka dijarah dari toko-toko. Para fans membawa kembali banyak merek pakaian unik yang tidak pernah terlihat di negara ini sebelum. Segera penggemar lain berteriak-teriak untuk barang-barang langka dari pakaian, seperti Sergio Tacchini Lacoste atau kemeja, dan tidak biasa Adidas pelatih, yang masih berhubungan dengan pendukung Liverpool saat ini. Pada saat itu, banyak polisi masih pada mencari fans skinhead memakai sepatu Dr Martens.
label pakaian yang dipakai sangat sederhana pada tahun 1980 meliputi: Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas Originals, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa , Storm Peter, Reebok dan Slazenger. tren Fashion sering berubah, dan subkultur santai mencapai puncaknya pada akhir 1980-an.
1990-an dan 2000-an
Pada pertengahan 1990-an, subkultur kasual mengalami kebangkitan, tapi lebih ke penekanan pada gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan kasual sebagai semacam kostum, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari para pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum dan Burberry terlihat di hampir setiap klub, serta gaya klasik favorit seperti Lacoste dan Paul & Shark. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap kostum kasual, karena cukup mengecoh perhatian polisi bahwa gaya santai seperti itu.
Casual fashion mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan musik Inggris bertindak seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual dalam video musik mereka. Budaya Casual telah disorot oleh film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Football Factory dan Green Street. Meskipun beberapa pakaian sederhana terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, dengan ciri khas logo kompas. Label pakaian lainnya yang terkait dengan pakaian kasual di tahun 2000-an : Barbour, Adidas Originals, Stone Island, Fred Perry, Armani, Henri Lloyd, CP Company, Lambretta, One True Saxon, Fake London Genius, Ralph Lauren, Lacoste, Sergio Tacchini, Fila , 6876, Hugo Boss, Maharishi dan Bebek Mandarina Duck.
Langganan:
Postingan (Atom)